![]() |
Foto : Guru SMAN 1 Mempawah |
ARCOM NEWS, Mempawah – Dunia pendidikan kembali menjadi sorotan setelah dugaan kelalaian guru di SMAN 1 Mempawah, Kalimantan Barat, membuat 115 siswa terancam tidak bisa mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025.
Masalah ini bermula dari keterlambatan pengisian Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS), yang merupakan syarat utama bagi peserta SNBP. Keterlambatan tersebut memicu protes keras dari siswa dan orang tua, yang menggelar aksi demonstrasi di sekolah pada Senin, 3 Februari 2025. Para siswa mengenakan seragam hitam serta membawa poster berisi kritik terhadap pihak sekolah.
Kepala SMAN 1 Mempawah, Endang Superi Wahyudi, mengakui adanya kendala teknis dan keterbatasan waktu dalam proses pengisian PDSS, yang menyebabkan data siswa tidak dapat diinput tepat waktu.
Menanggapi insiden ini, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Barat, Rita Hastarita, menjatuhkan teguran tertulis kepada Kepala Sekolah, Wakil Kepala Kurikulum, dan Tim PDSS SMAN 1 Mempawah. Ia menegaskan bahwa pihaknya telah memberikan peringatan berkala terkait pentingnya pengisian data siswa, namun sekolah dinilai lamban dalam menyelesaikan proses tersebut.
Kasus ini semakin viral di media sosial setelah warganet menyoroti dugaan kelalaian guru yang lebih sibuk bermain TikTok daripada mengurus administrasi penting. Sebuah unggahan akun TukangBedahViral di platform X menyertakan video seorang guru yang diduga sering membuat konten di TikTok, dengan narasi, "Banyak netizen komen, gurunya kebanyakan main TikTok. Setelah kutelusuri ternyata bener."
Akun lain, @dsideofblue, turut mengomentari, "Ha kau, kebanyakan bikin konten. Kenak amuk langsung tediam. Lagian ngape lah bise lengah begian. Waktu sebulan tu ngape jak, yaklah."
Peristiwa ini memicu perdebatan luas di media sosial, dengan banyak pihak mendesak pertanggungjawaban dari pihak sekolah agar siswa tetap dapat mengikuti SNBP 2025. (RED/AO)
Komentar0